Diklat ceria
Seringkali kita mengukur kekayaan itu berdasarkan jumlah harta yang dimiliki seseorang, bahkan menjadi cara berfikir seseorang bahwa kebahagian itu terwujud dengan banyaknya harta. Jika itu menjadi ukurannya, maka Allah tidak adil sebab yang bisa berbahagia hanya orang yang berharta. Namun Allah maha Adil Ia memberikan kebahagiaan bukan berdasarkan materi, tetapi perasaan dan rasa jauh lebih utama sebagai ukuran kebahagiaan dibandingkan yang lainnya.
Bila Anda dihadiahi sebidang tanah di lokasi sangat
strategis, lengkap dengan bangunan dan perabotnya, tentu sangat mengejutkan. Lebih
mengejutkan lagi kalau saja ada yang datang kepada Anda dan bisa memberi –
benar-benar memberi, bukan tipuan – seluruh dunia dan seisinya. Tetapi, pasti
akan jauh lebih mengejutkan jika Anda diberi beberapa hal yang lebih berharga
dibanding dunia dan seisinya, dimana Anda pun bebas mengambilnya setiap saat!
Apakah kita sedang dipermainkan? Tidak. Ini kenyataan yang
ditawarkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita, kaum muslimin. Demikianlah, karena Allah
sangat Kaya dan Pemurah. Oleh karenanya, kita dianugerahi agama yang
mencerminkan kekayaan dan kepemurahan-Nya pula, dimana karunia-karunia besar
ditumpahkan dari langit tanpa khawatir menghabiskan khazanah-Nya. Bahkan, andai
seluruh manusia dan jin, mulai dari generasi terawal sampai terakhir, semua
berdoa bersamaan, lalu Allah kabulkan apapun permohonan mereka masing-masing,
niscaya kekayaan-Nya takkan berkurang melainkan seperti sebatang jarum yang
dicelupkan ke samudera. Hanya sejumlah air yang melekat di jarum itulah
berkurangnya kekayaan Allah. (Riwayat Muslim).
Sesuatu yang lebih berharga dari dunia seisinya tentulah
bukan dunia, bukan pula isinya. Ia adalah sesuatu yang lain dan berbeda. Apa
sajakah itu?
Pertama, seharian bersiaga di medan jihad fi sabilillah.
Sahl bin Sa’ad as-Sa’idiy berkata: sesungguhnya Rasulullah
bersabda, “Bersiaga seharian di (medan jihad) fi sabilillah itu lebih baik
dibanding dunia dan semua yang ada diatasnya. Tempat kalian meletakkan cemeti di
surga nanti adalah lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada diatasnya.
Waktu antara puncak siang hingga malam yang dilalui seseorang di jalan Allah,
atau waktu antara terbitnya matahari hingga puncak siang yang ia lalui di jalan
Allah, adalah lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada diatasnya.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
Kedua, mengerjakan dua rakaat shalat sunnah sebelum Shubuh.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah: Nabi bersabda, “Dua rakaat
fajar itu lebih baik dibanding dunia dan semua yang ada di dalamnya.”
(Riwayat Muslim).
Yang dimaksud “dua rakaat fajar” adalah shalat sunnah
qabliyyah (sebelum) Subuh, dikerjakan dengan dua rakaat yang ringan.
Ketiga, membaca seribu ayat dalam satu malam.
Abu Umamah al-Bahily berkata: “Siapa saja yang membaca
seribu ayat, maka dicatat untuknya pahala satu qinthar. Sedangkan satu qirath
dari qinthar itu tidak akan bisa disaingi oleh dunia kalian ini.” Beliau
menambahkan, “Tidak bisa disamai oleh dunia kalian ini.” (Riwayat ad-Darimi.
Hadits shahih).
Diriwayatkan pula dari dua orang Sahabat, yaitu Tamim ad-Dary
dan Fadhalah bin ‘Ubaid, mereka berkata, “Siapa saja yang membaca seribu
ayat (Al-Qur’an) dalam satu malam, niscaya dicatat untuknya (pahala) satu
qinthar. Satu qirath dari qinthar itu lebih baik dibanding dunia dan semua yang
ada di dalamnya. Dan, Allah menyimpan pahala, terserah pada apa yang dikehendaki-Nya.”
(Riwayat ad-Darimi).
Sanad hadits kedua ini sebetulnya dha’if
(lemah), namun teks haditsnya hasan (baik) dan bisa dijadikan pegangan, karena
isinya senada dengan riwayat Abu Umamah diatas. Sekilas terlihat pula bahwa hadits
ini hanya pernyataan para Sahabat, namun apa yang berkenaan dengan pahala dan
hal-hal ghaib seperti itu jelas tidak mungkin berasal dari ijtihad mereka
sendiri. Ia pasti bersumber dari petunjuk Rasulullah.
Keempat, seluruh isi Al-Qur’an.
Suatu kali, Ibnu Mas’ud membacakan satu ayat Al-Qur’an kepada
seseorang, kemudian beliau berkata, “Sungguh (ayat) ini lebih baik dibanding
apa yang tertimpa cahaya matahari di saat terbitnya (yakni: bumi), atau
dibanding sesuatu apapun yang ada di muka bumi.” Beliau mengucapkan
pernyataan ini kepada seluruh ayat Al-Qur’an. (Riwayat Thabrani. Menurut
al-Haitsami: semua perawinya terpercaya).
Kelima, membimbing satu orang menuju Islam.
Abu Rafi’ mengisahkan, bahwa suatu ketika Rasulullah bersabda
kepada ‘Ali bin Abi Thalib, saat akan diutus memimpin sebuah pasukan, “Sungguh,
bila Allah memberi hidayah seseorang melalui tanganmu, itu lebih baik bagimu
dibanding apa yang tertimpa cahaya matahari di saat terbit dan terbenamnya
(yaitu: seluruh bumi).” (Riwayat Thabrani. Menurut al-Haitsami: salah
seorang perawinya hanya dinyatakan tsiqah (terpercaya) oleh Ibnu Hibban,
sedangkan para perawi lainnya jelas terpercaya).
Dikisahkan oleh Al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashfahani dalam Hilyatu
al-Auliya, bahwa ada seorang budak perempuan yang masuk Islam berkat ajakan
majikannya. Maka, Imam asy-Sya’bi pun berkata kepada sang majikan tersebut, “Masuk
Islamnya budak perempuan itu di tanganmu adalah lebih baik bagimu dibanding apa
yang tertimpa cahaya matahari di saat terbitnya (yaitu: seluruh bumi).”
Keenam, membaca kalimah: “subhanallah wal hamdulillahi….”
Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda, “Sungguh, bila
aku membaca kalimah: “subhanallah wal hamdulillahi wa la ilaha illallah wallahu
akbar”, adalah lebih aku sukai dibanding apa yang tertimpa cahaya matahari di
saat terbitnya (yaitu: seluruh bumi).” (Riwayat Muslim).
Kalimah itu disebut dengan al-baqiyat ash-shalihat,
yakni “yang senantiasa abadi dan baik”. Nilainya begitu tinggi karena ia merangkum
keagungan Allah dan keesaan-Nya.
Wallahu a’lam.
Faktanya kultur serta sudut pandang atas kekayaan yang sudah tertanam dalam diri seseorang adalah kaya itu harus melulu soal finansial, selain itu masih belum bisa disebut kaya. Inilah yang kadang bikin sedih.
ReplyDeletemerubah cara berfikir itulah sepertinya tugas kita, meskipun sulit juga. Terima kasih Aneka Cara Blog saya belajar dari blog anda
Deletemasha Allah.. terimakasih mas :) bismillah deh
ReplyDeleteayo dimulai dari diri sendiri, kita sama-sama mas
DeleteAda banyak bentuk kekayaan yang bersifat rohani, tetapi masih banyak yang mengukur kaya dari segi jasmani, sesuatu yang bisa dilihat dandiraba wukudnya dalam bentuk benda dan lekatan lain.
ReplyDeleteHadist di atas jadi pengingat untuk saya. Yah, kita kerap alpa dan selalu butuh oase penyejuk jiwa agar tidak lelah memburu materi.
masyaallah itulah hikmah kita berkawan semoga bisa saling mengingatkan
DeleteKekayaan di atas adalah kekayaan hakiki. Kekayaan yang hanya dapat dirasakan tetapi tidak dapat dipamerkan seperti materi. Semoga kita bisa mendapatkan kekayaan yang seperti itu. Aamiin .
ReplyDeleteAmin mbak Qudsi, semoga bisa kita dapatkan sifat tersebut
Deletenyatanya orang kaya hanya diukur dari materinya kang, masih saja seperti itu dilingkunganku sih hehehehe
ReplyDeletenoted ini reminder banget tulisannya
ya kita saling mengingatkan, tentang materi bukan segala-galanya
DeleteSubhanallah... Mantab bang sharingnya, semoga saya bisa menjalankan 2 - 3 poin diatas, karena masih banyak salah dan khilaf...
ReplyDeleteYa mas , saya doakan semoga bisa mengamalkan
Deletemudah2an kita semau termasuk dalam keenam-enam golongan ini... aminnn
ReplyDeleteaamiin, semoga terkabul
Delete